Euro Anjlok, Wall Street Kembali Tergelincir

Kurs euro kembali mencetak rekor terendah dalam 4 tahun terakhir, yaitu sebesar US$1,2160
RABU, 19 MEI 2010, 07:58 WIB
Renne R.A Kawilarang
(AP Photo/Richard Drew)

VIVAnews - Setelah sehari sebelumnya sedikit menguat, indeks-indeks di bursa Wall Street kini kembali turun. Para investor rupanya khawatir setelah muncul kabar bahwa kurs euro, lagi-lagi, turun dan Jerman berencana memperketat aturan transaksi saham short-selling.

Di akhir transaksi Selasa sore waktu New York (Rabu dini hari WIB), indeks harga saham industri Dow Jones turun 114,88 poin (1,1%) menjadi 10.510,95. Indeks Standard & Poor's 500 melemah 16,14 poin (1,4%) menjadi 1.120,80. Begitu pula dengan indeks komposit Nasdaq, turun 36,97 poin (1,6%) menjadi 2.317,26.

Di awal transaksi saham, nilai tukar euro atas dolar tadinya sempat mengangkat sentimen pasar setelah kursnya menguat menyusul dikucurkannya pinjaman darurat (bailout) dari Uni Eropa kepada Yunani. Langkah itu menambah kepercayaan pasar atas kemampuan Eropa dalam mengantisipasi wabah krisis utang Yunani ke negara-negara lain.

Namun, jelang penutupan transaksi saham di sore hari, antusiasme pasar mulai redup dan kurs euro atas dolar kembali turun. Itulah yang membuat indeks harga saham kembali melemah. Bahkan pada transaksi Selasa waktu New York, kurs euro kembali mencetak rekor terendah dalam 4 tahun terakhir, yaitu sebesar US$1,2160.

Sebagai mata uang yang dipakai di 16 negara Eropa, euro dalam beberapa pekan terakhir menjadi penggerak sentimen di pasar saham. Naik turunnya kurs euro, bagi pelaku pasar, menandakan tinggi rendahnya kemampuan Eropa dalam mengatasi krisis keuangan di sejumlah negara anggotanya. Setelah Yunani, Portugal dan Spanyol - menurut hasil survei Standard & Poor's - mulai dianggap bermasalah dengan utang masing-masing.

Pelaku pasar saham pun resah dengan keputusan Jerman yang melarang praktik naked short-selling. Praktik ini terjadi saat trader mempertaruhkan saham atau investasi yang bukan milik pribadi.

Larangan naked short-selling itu meliputi sertifikat utang pemerintah dan saham sejumlah perusahaan keuangan. Larangan itu diterapkan untuk menjaga kestabilan pasar keuangan.

Namun, para investor resah dengan keputusan Jerman itu karena mengingatkan mereka dengan langkah yang diambil pemerintah AS di tengah krisis keuangan 2008 dan tidak dapat banyak membantu dalam menghadapi krisis keuangan di sejumlah negara Eropa.

"Bila Eropa benar-benar lambat, ancamannya juga akan meliputi perekonomian global," kata Bruce McCain dari Key Private Bank di Cleveland. (Associated Press)


• VIVAnews

0 comments:

Post a Comment

My Playlist


MusicPlaylistRingtones
Create a playlist at MixPod.com

I Gotta Feeling

Seguidores