Naiknya ekonomi di China dan Singapura berdampak positif bagi permintaan minyak mentah
| kilang mini minyak blok Cepu di Kalitidu, Bojonegoro, Jawa Timur (Antara/ Aguk Sudarmojo) | |
VIVAnews - Harga minyak mentah untuk perdagangan Asia di bursa New York kini menembus US$86/barel. Para investor antusias dengan laporan pertumbuhan ekonomi di sejumlah negara Asia setelah sebelumnya menanggapi positif turunnya stok minyak mentah di Amerika Serikat (AS).
Berdasarkan transaksi elektronik dari bursa New York yang dipantau di Singapura, Kamis siang, harga minyak mentah untuk kontrak Mei naik 25 sen menjadi US$86,09/barel. Dalam transaksi langsung di New York dini hari tadi, harga minyak melonjak US$1,79 menjadi US$85,85/barel.
Para pelaku pasar minyak mintah antusias atas tanda-tanda penguatan ekonomi di sejumlah negara Asia. China hari ini mengumumkan bahwa tingkat produk domestik bruto pada triwulan pertama tahun ini naik 11,9 persen dari periode yang sama di tahun lalu. Sehari sebelumnya, Singapura pun mengalami pertumbuhan ekonomi yang serupa.
Menurut kalangan pengamat, naiknya pertumbuhan ekonomi di Asia itu berpengaruh positif bagi konsumsi energi. "Permintaan minyak dari negara non anggota OECD (kelompok negara maju) terus meningkat pada laju yang fenomenal," demikian laporan Barclays Capital. "Harga kini kian stabil pada rentang US$80 hingga US$90/barel," lanjut laporan itu.
Seperti di New York, sentimen para pelaku bursa minyak di Asia juga terangkat setelah Departemen Energi AS mengungkapkan laporan mingguan stok minyak mentah, yang ternyata turun 2,2 juta barel. Sebelumnya, survei para pengamat yang dihimpun oleh Platts/McGraw-Hill Cos. justru memperkirakan peningkatan stok 1,6 juta barel.
Sementara itu, harga minyak Brent di bursa London naik 21 sen menjadi US$86,36/barel. (Associated Press)
• VIVAnews
0 comments:
Post a Comment