|
VIVAnews - Sebagai negara yang memiliki wilayah dan populasi yang besar, Indonesia perlu memetakan potensi wilayah-wilayahnya dan mengembangkannya sebagai gugus-gugus (cluster) yang saling melengkapi.
Hal itu dikatakan oleh Rektor Universitas Al-Azhar Indonesia Prof Dr Zuhal, saat meluncurkan buku terbarunya yang berjudul'Knowledge & Innovation, Platform Kekuatan Daya Saing', di Universitas Al-Azhar Indonesia, Jakarta, 30 April 2010.
"Kita perlu membuat klaster-klaster berdasarkan keunggulan komparasi maupun keunggulan kompetitif di masing-masing daerah," kata Zuhal.
Keunggulan kompetitif sumber daya alam atau keunggulan komparatif yang dimiliki wilayah tertentu sebaiknya dikembangkan, sehingga inovasinya bisa dimanfaatkan wilayah lain yang membutuhkannya.
Hal yang sama juga dikatakan oleh Dr Ary Syahriar, peneliti Pusat Teknologi Informasi BPPT, yang dijumpai di tempat yang sama. Menurut Ary, cluster-cluster tersebut nantinya juga berguna untuk merekatkan kesatuan negara.
"Dengan sistem klaster, setiap wilayah akan cenderung saling bergantung satu sama lain, sehingga tidak ada keinginan untuk memisahkan diri karena masing-masing merasa bisa berdiri sendiri," kata Ary.
Sistem klaster itu, menurut Zuhal, memungkinkan pengembangan UKM di masing-masing daerah lebih terarah dan fokus. Hal itu juga sudah dilakukan di negara tetangga, Thailand.
Di sana, kata Zuhal, Semua UKM berbasis riset dan teknologi. UKM mendapatkan pendampingan dari para peneliti lokal. Dalam bukunya, Zuhal memaparkan adanya lembaga khusus bernama National Innovation Agency (NIA) di Thailand yang membantu inovasi di tingkat UKM.
Thailand sendiri mengembangkan klaster industri yang meliputi bidang automotif, kesehatan, tekstil, makanan, elektronik, manufaktur, dan energi.
0 comments:
Post a Comment