Zuhal:Pemerintah Serius Bentuk Komite Inovasi

Bekas Menristek Zuhal sempat diundang ke Cikeas bicara tentang Sistem Inovasi Nasional.
SABTU, 1 MEI 2010, 17:05 WIB
Indra Darmawan
(VIVAnews/Prilla Tania)

VIVAnews - Pemerintahan Kabinet Presiden Indonesia Bersatu Jilid 2 yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dinilai memiliki keberpihakan terhadap pengembangan sistem inovasi nasional yang terintegrasi.

Rektor Universitas Al-Azhar Prof Dr Zuhal mengatakan Presiden SBY pernah mengundang dirinya dan beberapa tokoh peneliti lain datang ke kediaman pribadinya di Cikeas untuk meminta pendapat mereka tentang pentingnya cetak biru dan strategi di bidang inovasi.

"Saya sangat menghargai, karena saat itu Presiden SBY mengungkapkan komitmennya untuk mewujudkan Komite Inovasi Nasional," kata Zuhal saat peluncuran Buku terbarunya berjudul 'Knowledge & Innovation, Platform Kekuatan Daya Saing', di Kampus Universitas Al-Azhar Indonesia, Jakarta, 30 Maret 2010.

Menurut Zuhal, di masa baktinya yang tinggal satu periode ini, tentunya Presiden SBY ingin meninggalkan warisan (legacy) yang akan dikenang oleh banyak orang, termasuk Komite Inovasi Nasional ini. "Saya yakin pemerintah punya keinginan politis untuk itu," Zuhal melanjutkan.

Indonesia memang membutuhkan sistem inovasi nasional untuk menata fokus pengembangan inovasi dan teknologi nasional. "Selama ini bukannya tidak ada inovasi di sini, tapi kita tidak punya sistem terpadu yang bisa mensinergikan kegiatan inovasi, antara pihak akademi, pemerintah, dan industri atau bisnis," kata Meneg Ristek di masa Kabinet Reformasi itu.

Diharapkan Komite Inovasi Nasional dan sistem inovasi nasional nanti bisa menghasilkan desain arsitektur inovasi yang komprehensif untuk mengatur sinergitas antara tigastakeholder tadi. "Ibarat sebuah orkestra yang harmonis."

Dengan demikian, riset yang dilakukan bisa sinkron dengan pemetaan nasional, mekanisme insentif bagi industri inovasi, atau sistem aliran pengetahuan kolaborasi antara akademi, pemerintah dan industri.

Senada dengan Zuhal, Dina Nurul Fitria, peneliti kebijakan publik di bidang teknologi, Universitas Al-Azhar. Selama ini, kata Dina, putra-putra Indonesia dikenal dengan kreativitas dan inovasinya. Ia menyontohkan animasi pada film Spiderman 2 maupun film Ipin dan Upin, yang sebagian di antaranya digarap oleh orang Indonesia.

"Sebenarnya. kualitas orang-orang Indonesia tidak jelek-jelek amat, dan bisa bersaing di tingkat internasional," kata Dina. Namun ketiadaan sistem inovasi ini membuat Indonesia tak mampu memanfaatkan potensi yang dimilikinya.

Akibatnya, Indonesia kini hanya menjadi negara besar yang semata-mata menjadi target pemasaran inovasi dari negara lain. Dina memisalkan, produk ponsel musik mutakhir Nokia yang baru-baru ini diluncurkan di Indonesia.

Menurut Dina, seorang konsultan asal Jerman pernah mengatakan kepada dirinya, bahwa Indonesia adalah pasar terbesar bagi produk ponsel-ponsel terbaru. Maka, Nokia meluncurkan X6 lebih dulu di Indonesia ketimbang di Eropa, untuk menguji respons pasar terhadap produk baru itu.

Menurut Dian, ini tak lepas dari perilaku konsumtif orang Indonesia, dan gemar melakukan kegiatan-kegiatan yang kurang produktif. Buktinya, kata Dian, saat ini konsumsi pulsa, yang merupakan komoditas terbesar di Indonesia di bawah beras dan rokok, hanya dibelanjakan untuk kegiatan-kegiatan semacam Facebook atau chatting. (umi)

• VIVAnews

0 comments:

Post a Comment

My Playlist


MusicPlaylistRingtones
Create a playlist at MixPod.com

I Gotta Feeling

Seguidores