Mereka tiba tanpa membawa apapun selain sepotong baju yang mereka pakai dan paspor.
Renne R.A Kawilarang
|
VIVAnews - Seperti para relawan lain, sepuluh warga negara Indonesia (WNI) yang dideportasi dari Israel tidak membawa apa-apa selain baju yang menempel di badan dan paspor. Barang-barang pribadi mereka disita aparat Israel, termasuk alat komunikasi.
Demikian ungkap Duta Besar Indonesia untuk Yordania, Zainulbahar Noor, di Amman. Zainulbahar menyambut kedatangan sepuluh WNI saat tiba di Yordania setelah sebelumnya ditahan Israel terkait dengan insiden konvoi misi kemanusiaan ke Gaza. Dua WNI lain masih dirawat di rumah sakit di Israel dan diharapkan bisa didatangkan ke Yordania esok hari.
"Mereka tiba di Yordania tanpa membawa apapun selain sepotong baju yang mereka pakai dan paspor masing-masing," kata Zainulbahar saat dihubungi VIVAnews melalui sambungan telepon di Jakarta, Rabu sore 2 Juni 2010.
Itulah sebabnya komunikasi dengan mereka terputus sejak pencegatan pasukan komando Israel atas kapal Mavi Marmara yang mereka tumpangi pada Senin dini hari 31 Mei 2010.
Setelah ditahan aparat Israel di pelabuhan Ashdod, 10 WNI itu termasuk gelombang pertama dari para aktivis mancanegara yang dideportasi Israel dini hari tadi. Sedangkan dua WNI lain, Surya Fahrizal dan Okvianto Baharudin, masih harus mendapat perawatan akibat luka-luka dan diharapkan bisa diberangkatkan secepatnya.
Zainulbahar mengungkapkan bahwa kesepuluh WNI itu tidak datang ke Yordania dalam satu rombongan, melainkan dipencar dengan aktivis-aktivis dari negara lain. "Para relawan diberangkatkan dari Israel menggunakan lima bus dan berjumlah 128 orang dari berbagai negara. Mereka [para WNI] berpencar dengan relawan lain," kata Zainulbahar.
Dia juga mengungkapkan dari 10 WNI yang tiba itu, ada seorang yang tiba di Yordania tanpa paspor. Dia tidak mengungkapkan paspor siapa yang dimaksud dan juga tidak menyebut apakah paspornya ditahan Israel atau karena hilang. "Itu tidak menjadi masalah bagi kami. Pemerintah Yordania memaklumi situasi itu dan kami segera membuat dokumen pengganti," kata Zainulbahar.
Sebanyak 12 relawan Indonesia ini ikut dalam kapal Mavi Marmara yang awal pekan lalu diserang militer Israel di perairan internasional saat bergerak menuju Gaza untuk membawa bantuan kemanusiaan. Keduabelas WNI itu berasal dari MER-C, Komite Indonesia untuk Solidaritas Palestina (Kispa), dan Sahabat Al Aqsha-Hidayatullah. Nama-nama mereka sebagai berikut:
MER-C:
1. Nur Fitri (koordinator)
2. dr Arief Rachman
3. Abdillah Onim
4. Nur Ikhwan
5. M Yasin (tvOne)
Kispa:
1. H Ferry Nur (ketua Kispa)
2. Muhendri Muchtar (wakil ketua Kispa)
3. Hardjito Warno
4. Okvianto Baharudin
Sahabat Al Aqsha-Hidayatullah:
1. Surya Fahrizal (jurnalis Hidayatullah)
2. Santi Soekanto
3. Dzikrullah Ramudya
(umi)
• VIVAnews
0 comments:
Post a Comment