Ita Lismawati F. Malau
 | | Stadion Piala Dunia 2010 (flick.com) |
|
VIVAnews - Sepak bola dunia memang mudah menyeret rasa nasionalisme ke lapangan hijau. Sebelum bola disepak, para pemain dan ribuan suporter penuh semangat menyanyikan lagu kebangsaan mereka masing-masing. Penuh haru dan rupa-rupa ekspresi.
Para pemain dan ribuan suporter tuan rumah, Afrika Selatan, akan meletakkan tangan di dada sepanjang menyanyikan lagu kebangsaan itu. Mereka sudah berlatih. Tapi di tengah-tengah lagu, tak jarang suporter atau pemain berhenti bernyanyi. Terdiam. Banyak pula yang cuma mengumam saja.
Mereka bergumam lantaran tidak tahu syair lagu kebangsaan itu. Tidak tahu sebab lagu itu diramu dari lima bahasa, dari 11 bahasa resmi di sana. Lagu itu kian susah dihafal sebab penuh dengan kata-kata puitis, penuh permainan kata-kata yang susah dihafal.
Lagu kebangsaan negeri itu memang unik. Digabung dari dua lagu yaitu Die Stem (Suara Afrika Selatan) dan Nkosi Sikelel'iAfrika (Tuhan Memberkati Afrika). Kedua lagu ini digabungkan tahun 1997.
Lagu Nkosi Sikelel'iAfrika biasa dinyanyikan kelompok kulit hitam untuk menentang apartheid dan simbol kemerdekaan dari kekuasaan kulit putih.
Lerato Matshikiza dari Johannesburg mengaku cuma bisa bernyanyi di tiga bahasa saja yaitu Xhosa, Zulu, dan bahasa Inggris dari keseluruhan lagu. Pada bagian lainnya --terutama bagian Sotho and Afrikaan-- wanita berusia 25 tahun ini cuma bisa bergumam.
Lerato berjanji akan belajar semua lirik sampai selesai setelah dia mengikuti sebuah acara gereja Desember lalu. "Sangat memalukan. Saat kami bernyanyi lagu nasional, keras di awal lagu saja," kata dia seperti dikutip dari laman soccerway edisi 2 Juni 2010. Begitu masuk ke lirik Afrikaans, tak ada satupun yang bernyanyi.
Themba Mabaso, perwakilan dari Departemen Budaya Nasional mengatakan lagu kebangsaan ini akan dinyanyikan secara lengkap saat pembukaan Piala Dunia, dimana Afrika Selatan akan melawan Meksiko, 11 Juni mendatang.
"Dalam penelitian kami, orang-orang tidak menyanyikan lirik itu karena mereka tidak mengerti artinya," kata dia. Departemen Budaya Nasional kini sibuk menyosialisasikan lagu ini. Rupa-rupa cara dilakukan, termasuk merekam lagu itu dalam bentuk CD atau MP3 lalu disebar. (wm)
• VIVAnews
0 comments:
Post a Comment